[FF G] Loving Alone (1 of 2)


loving alone2

LOVING ALONE (1/2)

Loving Alone (Special Side Story of Crying Alone) | Author : HARUHIHaruhi’s Neverland | Main Casts : Bae Suzy (Miss A), Kim Myung Soo (Infinite), Park Jiyeon (T-ara) | Support Cast : Ham Eunjung (T-ara), Kim Sunggyu (Infinite), Kim Jongin (EXO) | Genre : Romance, School Life | Length : Two Shoot | Rating : General, Teen |

Disclaimer : This Story is MINE! Casts belong to their fans and management. Plagiarism is STRICTLY PROHIBITED. Please don’t copy without any credit or permission!

© HARUHI 2013 – All Right Reserved

Author’s Note : Alohaaaa…. !!! Haruhi balik bawa FF sekuel nya Crying Alone! ^^ Kalo sebelumnya Crying Alone bercerita dari sudut pandang Suzy yang mengenaskan (?), sekarang Haruhi mau nge-reveal habis-habisan apa yang sebenernya terjadi dan sama sekali nggak Suzy tahu. *jdeerr

Bisa dibilang Myungsoo side story sih. ._. tapi nggak sepenuhnya juga. Betewe, karena Haruhi bikinnya kepanjangan jadi Haruhi bagi jadi two shoot. Hehe ^^

Tanpa baca Crying Alone juga masih nyambung aja kok baca FF ini. Tapi kalo mau tau Suzy side story-nya di Crying Alone juga boleh sangat. Hehe 😀 —> Crying Alone

Enjoy reading! Readers with comments or like will be very apreciated! ^___^

.

.

* 

Tak peduli sekencang apa aku berlari, kau yang kukejar tak akan bisa kuraih.

Jika semua berujung sia-sia, apakah usaha tak lagi berarti?

Kenyataan hanya memberiku satu pilihan : menyerah.

*

.

.

“BAE SUUUUUZY……!!!! FIGHTING!!!!” Teriak Myungsoo dari kursi penonton. Ia bahkan sempat membentuk tangannya menyerupai pengeras suara.

Suzy, yang baru saja melangkah ke area lapangan lantas berhenti. Sekadar untuk berbalik menghadap kursi penonton dan memicingkan mata. Jari telunjuknya sudah siap menegak di depan bibir, mengisyaratkan Myungsoo untuk bungkam.

Myungsoo malah tertawa. Suzy yang kesal karena merasa ucapannya tak didengar, lalu  menghampiri Jiyeon yang berdiri di area kubu lawan.

“Jiyeon-ah!” pekik Suzy sambil merapat ke jaring-jaring. Jiyeon yang menjadi lawan tanding Suzy lantas ikut menghampiri Suzy. Keduanya kini saling bertemu di tengah lapangan.

*

Myungsoo menatap ke tengah lapangan, nyaris tanpa kedip. Binar matanya mengatakan segalanya. Siapapun yang melihat, pasti akan langsung tahu bahwa ada makna lain dalam tatapan Myungsoo. Ya. Myungsoo benar-benar mengagumi sosok yeoja yang membuatnya rela menunggu berjam-jam di kursi penonton. Hanya demi bisa menatap wajah Bae Suzy lebih lama.

“Yaa! Myung!”

Myungsoo tesentak. Seketika, segala angan-angan yang sejak tadi menari-nari dalam benak Myungsoo musnah. Ia menoleh cepat. Sunggyu ternyata.

“Mau apa kau?” tanggap Myungsoo ketus.

“Aku mau menonton pacarku latihan. Wae?”

“Jiyeon?”

“Pacarku itu Eunjung tau!” Sunggyu mendelik galak. Tak mau kalah, Myungsoo melontarkan pembelaan.

“Eunjung dan Jiyeon itu seperti amplop dan perangko! Ke toilet pun tak terpisahkan! Gara-gara sering berdua, aku jadi tidak bisa membedakan keduanya, itu wajar kan?” jelas Myungsoo yang membuatnya menerima sebuah jitakan di kepala.

Berusaha mengabaikan namja menyebalkan di sebelahnya, Myungsoo kembali menatap objek indah yang tadi sempat hilang dari pandangan. Dan, Myungsoo pun kembali hanyut dalam dunianya.

Hening beberapa saat. Sunggyu sibuk dengan ponsel. Myungsoo sibuk dengan pemandangannya. Lama kelamaan, Sunggyu terusik. Ia tergelitik untuk mengetahui hal menarik apa yang membuat Myungsoo betah dengan hanya duduk dan menonton lapangan-tanpa-pertandingan.

“Kau lihat apa sih? Dari tadi senyum-senyum sendiri?” gumam Sunggyu sambil mendekati wajah Myungsoo. Entah apa yang dilihat Myungsoo, tetapi sepertinya benda itu mampu membuat Myungsoo kehilangan kesadaran, bahkan lupa sekeliling. Seperti saat ini. Ketika Sunggyu bertanya, Myungsoo bahkan tak menjawab. Mendengar saja sepertinya tidak.

Semakin penasaran, Sunggyu mengikuti arah tatapan Myungsoo. Pandangannya lantas terhenti pada Jiyeon yang sedang mengobrol ceria dengan Suzy di tengah lapangan. Sekarang, ia tahu apa yang dialami Myungsoo: Myungsoo sedang jatuh cinta!

“MYUNG!! KAU SUKA JIYEON YA??” tebak Sunggyu dengan suara lantang yang menggema. Beberapa anggota tennis yang berkumpul di pinggir lapangan bahkan menoleh karena tak sengaja mendengar. Bagaimana tidak? Sunggyu berteriak di dalam gedung olahraga yang minim peredam suara.

“MWOYA? Bukan! Aaah… Kau…!! Sunggyu, sial kau!!” Myungsoo tiba-tiba salah tingkah. Ia jadi semakin kacau begitu melihat beberapa anggota tennis saling berbisik dan menertawakannya. Ah, mereka sudah pasti mendengar!

Myungsoo mengalihkan pandangan ke tengah lapangan. Suzy dan Jiyeon tampak masih asyik mengobrol. Myungsoo mendesah lega. Persetan dengan Sunggyu atau orang lain yang salah paham tentang siapa yang disukainya. Yang terpenting, orang yang disukainya tidak mendengar. Suzy, dia belum boleh tahu tentang perasaan Myungsoo. Myungsoo belum siap menerima reaksi atau jawaban yeoja itu. Jika Suzy menyukainya, itu anugerah. Jika Suzy membencinya, itu bencana! Dan sialnya, Myungsoo tidak pernah bisa membaca perasaan Suzy terhadapnya. Gadis itu selalu marah-marah, marah-marah, dan marah-marah jika bersama Myungsoo. Sekeras apapun Myungsoo berusaha memperhatikan gadis itu, tetap saja ia dinilai salah. Atau mungkin, caranya mendekati Suzy yang selama ini salah?

*

“Sepertinya aku belum bisa latihan dengan penuh konsentrasi. Harus ada yang kusingkirkan dulu. Boleh aku permisi sejenak?” pinta Suzy setengah memelas. Jiyeon mengangguk sambil tersenyum.

Suzy yang menghampiri Myungsoo di kursi penonton menemukan Myungsoo sedang bertengkar ala anak SD dengan Sunggyu. Wajah dan telinga Myungsoo memerah.

“Myungsoo-ya, kenapa kau masih di sini!” sahut Suzy begitu ia selesai menaiki anak tangga.

“Ah, musuh besarmu datang.” celetuk Sunggyu. Karena Suzy dan Myungsoo lebih sering telihat bertengkar, maka orang-orang -terutama teman-teman sekelas- mengenal mereka sebagai ‘musuh’ bagi satu sama lain.

“Suzy-ya! Kau musuhnya Myungsoo kan? Mau kubagi kartu milik Myungsoo tidak? Hmmmpph!!!” Myungsoo melesatkan tangannya membekap mulut Sunggyu.

“Kenapa kemari? Cepat latihan!” Myungsoo kalap. Daripada nanti Sunggyu mengoceh dan membeberkan gosip asal bahwa ia menyukai Jiyeon, lebih baik ia mengusir Suzy.

“Apa sih? Kenapa kau yang mengaturku? Jelas-jelas kau yang mengikutiku. Kenapa kau sampai perlu menungguku latihan! Dengar, aku jadi sulit konsentrasi karena ditunggu begitu!” Suzy berkacak pinggang.

“Nah, pergilah… Myung!” Sunggyu menahan gelak tawa. Ia bahkan mengayun telapak tangannya seperti mengusir Myungsoo.

“Berisik!” gertak Myungsoo pada Sunggyu. “Sebentar lagi…. Aku masih ingin berada di sini… ya?” Myungsoo menggosok telapak tanggannya sambil memasang tampang semelas mungkin.

“Benar… Masih ada yang belum puas ia lihat, Suzy-ya. AAARGH!” tinju Myungsoo mendarat telak di perut Sunggyu, dan itu cukup ampuh untuk mengakhiri ocehan Sunggyu.

Suzy mendesah berat. Sebenarnya, ia merasa tidak enak pada Myungsoo yang sampai harus pulang sore karena menunggu dirinya.

“Terserah.” ucap Suzy sambil berlalu.

*

Di tengah lapangan, Jiyeon sedang mengayun-ayun raketnya. Tiba-tiba terdengar suara tawa Eunjung dari tepi lapangan. Jiyeon menoleh pelan. Kedua alisnya saling bertaut saat mendapati Eunjung sedang meliriknya diam-diam sambil memegang ponsel. Dan gadis itu terlihat berusaha keras menahan tawa.

Jiyeon menunduk, menatap penampilannya. Tidak ada yang aneh. Lalu apa yang ditertawakan Eunjung?

*

Eunjung sedang membaca pesan yang baru diterimanya dari Sunggyu.

Chagiya, 

aku menangkap basah Myungsoo sedang mencuri pandang ke arah Jiyeon. 
Kita buat saja mereka jadian, otte?

Dan kini, Eunjung sedang bersiap mengirim balasan. Ia benar-benar tak bisa menahan cengiran gelinya.

Jinjja? Kalau Myungsoo tau Jiyeon juga menyukainya,

dia pasti mati karena terlalu bahagia. XD

Eunjung mengalihkan pandangan pada Jiyeon yang sedang mengayun-ayun raket di lapangan. Membayangkan sahabatnya itu akan bersanding dengan Myungsoo membuat tawanya nyaris meledak. Betapa beruntung Jiyeon.

*

Kim Jongin, senior sekaligus pelatih club tennis, baru saja masuk. Ia melangkah dengan penuh karisma hingga beberapa wanita yang sedang berlatih terpana karena pesonanya. Jaket training hitam dan topi berwarna serupa membuatnya terlihat makin berkilau di mata para gadis. Namun namja yang ditatap para gadis itu, saat ini sedang menatap satu gadis: Suzy. Ia melambaikan tangannya ke arah Suzy.

“Suzy-ya!”

Suzy yang baru menyadari kedatangan Jongin, balas melambai dan menghambur ceria ke arah namja itu. Namun senyumnya memudar saat menyadari raut kelabu di wajah Jongin. Ia tahu betul penyebabnya.

“Seonbae, kau jadi pindah ke Daegu?” ucap Suzy lirih.

“Eo. Aku datang untuk berpamitan.” Jongin mengusap puncak kepala Suzy. Ia mengulum senyum yang dipaksakan. Suzy menunduk singkat, lantas kembali mendongak.

“Jadi, ini hari terakhirmu?”

Jongin menunduk, tersenyum pahit.

“Nde. Tapi, besok masih ada kemungkinan aku datang lagi. Setelah itu, mungkin kita tidak akan bertemu lagi.”

Detik selanjutnya, Suzy menghambur cepat ke dalam pelukan Jongin. Pelukan persahabatan, sekaligus perpisahan. Jongin adalah orang yang paling berpengaruh dalam perjalanan Suzy meraih cita-citanya menjadi atlet tennis. Tanpa Jongin, mungkin ia tidak akan bisa mewakili sekolahnya ke pertandingan tingkat nasional. Jadi, pelukan ini juga menyampaikan rasa terima kasihnya.

“Sukses di sekolahmu yang baru, seonbae!” Suzy mengepalkan tangannya. Jongin tersenyum. Ia meraih pundak Suzy dan mengusapnya. Namja itu pun bergegas menghampiri anggota tennis yang lain dan memeluk mereka satu per satu, meninggalkan Suzy yang kini mendesah berat di tempatnya.

Suzy berbalik, hendak menuju lapangan. Pandangannya tanpa sengaja melintasi kursi penonton. Keningnya berkerut heran. Myungsoo sudah tidak ada di sana.

“Kemana dia? Apa mungkin dia marah? Tapi… Memangnya ucapanku tadi berlebihan?” Suzy bergumam sendiri. Tapi ia lantas mengangkat bahu, memutuskan untuk tidak berpikir macam-macam. Lagipula, Myungsoo yang sehari-hari nyaris tak pernah menjauh darinya itu mana mungkin marah padanya?

*

Myungsoo melangkah ke luar gedung olahraga dengan gontai, seakan lututnya terluka. Matanya menerawang kosong ke depan. Bibirnya terbuka sekelumit.

Kembali terbayang di benak Myungsoo kejadian beberapa menit lalu. Ketika Suzy dengan ringannya memeluk seorang namja yang tak Myungsoo kenal. Kelihatannya mereka cukup dekat. Ah, kenapa Myungsoo tidak pernah tahu hal ini? Mungkin tanpa Myungsoo tahu selama Suzy mengikuti kegiatan club hubungan mereka jauh lebih dekat daripada hubungan yang tercipta diantara dirinya dengan Suzy. Dan tentu ini membuat Myungsoo kalah satu poin. Ah, seharusnya sejak lama ia bergabung dengan klub tennis.

Di sebuah kursi di dekat tempat parkir sepeda, Myungsoo menjatuhkan tubuhnya. Ia masih sangat terpukul dan terlalu shock dengan pemandangan tadi. Bagaimana tidak? Selama ia mengenal Suzy, yang ia tahu hanya gadis itu tak pernah dekat dengan namja lain selain dirinya. Sekarang, ia harus menerima kenyataan bahwa masih ada tantangan lain selain kemungkinan Suzy tak mencintainya. Ah, perjalanan cintanya ternyata lebih berat dari yang ia duga.

Myungsoo mendesah panjang. Ia mengepalkan tangannya kuat-kuat. Entah sampai kapan ia akan terus terbayang dengan kejadian yang membuat dadanya panas itu.

Sebuah tepukan di pundak Myungsoo membuat namja itu mendongak sambil berjengit kaget. Sunggyu lagi. Ia muncul dengan seringai menyebalkan.

“Ya! Kupikir kau masih mau melihat Jiyeon!”

Mood Myungsoo terasa makin hancur dengan kehadiran Sunggyu. Ia mendecak kesal dan menangkis tangan Sunggyu dari bahunya.

“Sudah kubilang, aku tidak menatap Jiyeon!”

“Tidak apa-apa. Tidak usah malu. Aku mengerti. Aku juga dulu begitu.” Sunggyu tergelak sambil menempati kursi di sebelah Myungsoo. Myungsoo memilih diam, tak membalas ucapan Sunggyu. Ia terlalu emosi hingga takut salah bicara dan nantinya malah memperburuk keadaan.

“Mau kuberitahu tips bagus tidak? Supaya kau bisa menebak apakah dia mencintaimu juga?”

Myungsoo yang tadinya memasang muka kusut ditekuk sembilan mulai menoleh dengan tatapan penuh minat. Tawa Sunggyu langsung menyembur melihat kepolosan temannya itu.

“Haha… Oke, oke. Begini, coba buat dia merasa cemburu. Perhatikan reaksinya ketika kau memberi perhatian khusus pada yeoja lain di depannya langsung. Kalau dia terlihat kesal, kau boleh merasa senang. Itu artinya peluangmu cukup besar!”

Myungsoo mengangguk-angguk sambil menarik sedikit sudut bibirnya. Ide Sunggyu ini patut dicoba!

*

Esok harinya, Myungsoo datang kesiangan. Tadi, saat ia ke rumah Suzy untuk menjemput gadis itu, ternyata Suzy sudah berangkat duluan. Padahal, hari ini Myungsoo membawa banyak cokelat yang mungkin bisa diberikan pada Suzy.

Tadi malam, kakak perempuan Myungsoo yang bekerja di toko cokelat membawa pulang sekarung cokelat. Ya. Sekarung. Bahkan, Myungsoo yang sudah hampir terlambat berangkat ke sekolah ditarik kembali dan dipaksa membawa beberapa cokelat itu.

“Bantu aku bagikan ini!” Myungsoo menghempaskan sekantong besar cokelat ke meja Sunggyu di belakang kursinya. Sunggyu yang tadinya membenamkan wajah ke meja langsung berjengit kaget. Mata sipitnya membulat.

“Woaa! Ige mwoya?” ucap Sunggyu dengan mulut terbuka lebar.

Myungsoo membiarkan Sunggyu sibuk mengacak-acak isi kantong itu. Sementara dirinya duduk dengan menopang dagu tanpa berminat mengawasi Sunggyu.

“Aigoo!” Sunggyu memekik kaget, mengundang perhatian Myungsoo untuk menoleh sedikit ke belakang.

“Wae?”

“Ini… Boleh kubagikan untuk siapa saja kan?”

“Terserah.”

“OOOKEE!!” Kali ini, Sunggyu meluncur girang ke seluruh penjuru kelas sambil bergumam ‘Cokelat dari Myungsoo. Ini untukmu.’ berkali-kali.

Sunggyu berhenti lebih lama saat ia berada di depan meja Jiyeon. Sebelum memberikan cokelat bagian Jiyeon, ia sempat mengedip penuh makna pada Eunjung yang duduk di samping Jiyeon.

“Ehem… Kau dapat cokelat dengan bentuk paling istimewa, Jiyeon-ah! Tadaaaaa~!” Sunggyu mengeluarkan sebatang cokelat dengan bentuk hati. Tadi, saat pertama kali mengecek, ia menemukan hanya ada satu cokelat dengan bentuk berbeda, bentuk hati. Sedangkan sisanya yang lain berbentuk persegi standar. Dan Sunggyu memanfaatkan kesempatan ini untuk mendekatkan keduanya.

“Sebenarnya, Myungsoo malu untuk menyerahkan ini padamu. Makanya dia memintaku.” bisik Sunggyu dengan tangan menutupi pipinya.

Jiyeon tampak ragu saat hendak menerima cokelat itu. Ia menoleh kaku ke arah Myungsoo dengan senyum malu-malu. Sementara itu, Myungsoo sedang membenamkan wajahnya ke meja, tak menyadari sama sekali bagaimana Sunggyu membagikan cokelat darinya.

Eunjung yang menyaksikan kejadian ini mati-matian menahan tawa. Tapi kemudian ia berdehem dan mulai ikut bergabung dengan Sunggyu.

“Omoo!! Jiyeon-ah! Kau dapat cokelat bentuk hati dari Myungsoo? Apa artinya ini?? Hwaaaaa!!!” seru Eunjung dengan suara yang sengaja diperkeras. Tentu saja dengan niat memprovokasi teman-teman agar ikut menyatukan Jiyeon dengan Myungsoo. Sementara Myungsoo sudah terlelap nyenyak di mejanya. Ia terlalu lelah sehabis berlarian mengejar waktu karena kesiangan.

Beberapa murid sudah mulai terpengaruh ucapan Eunjung. Mereka menghampiri meja Jiyeon untuk membuktikan kata-kata Eunjung barusan. Sementara itu, Sunggyu kembali mengelilingi meja demi meja. Ia mengacak seisi kantong lebih lama saat berada di depan meja Suzy.

“Ah! Mian, Suzy-ya…cokelatnya sudah habis. Haha… Kau belum beruntung. Nanti kau minta lagi saja pada Myungsoo. Oke?” dan Sunggyu pun berlalu dengan wajah ceria. Sama sekali tak menyadari semendung apa raut wajah Suzy saat ia berlalu.

*

Park Songsaenim baru saja meninggalkan kelas, disusul beberapa murid di belakangnya. Suzy masih sibuk memasukkan buku-buku.

Samar, Suzy bisa mendengar percakapan Myungsoo dan Sunggyu di pojok kelas.

“Myung, Suzy belum dapat cokelat. Kau bawa cokelat nanggung sekali sih?”

“Ah, Suzy belum dapat?” nada suara Myungsoo meninggi.

Gerakan tangan Suzy melambat. Ia memperkuat pendengarannya.

“Tidak apa-apa. Lagipula, kemarin aku sudah memberinya.” Myungsoo berlalu dari mejanya dan melangkah ke depan kelas.

Tanpa ia tahu, Suzy melengoskan wajah sambil mendengus tak percaya.

*

Kalau memang benar saran Sunggyu bisa dicoba, kenapa tidak? Iya, kan? Myungsoo menghembuskan napas. Ia menghampiri meja Jiyeon yang tidak jauh dari meja Suzy.

Myungsoo berdehem singkat. Memberi kuda-kuda pada pita suaranya agar tidak terdengar mencurigakan.

“Yaa! Mau kuantar pulang?” sahut Myungsoo pada Jiyeon yang baru saja bangkit dari kursi. Sengaja ia memperkeras suaranya agar Suzy ikut mendengar. Jiyeon tampak gugup hingga kesulitan menjawab. Tapi, bukan itu yang menjadi poin utama Myungsoo. Ia sedang menunggu reaksi Suzy.

Aaah… Ayolah. Tunjukkan kau kesal! Marah, tidak suka, apapun yang berarti bahwa kau cemburu! Myungsoo bergumam kesal dalam hati.

Tapi, Suzy masih saja sibuk dengan tas dan buku-bukunya.

“Duluan! Aku mau latihan untuk turnamen…” Suzy membuka suara. Ternyata, dia mengira Myungsoo mengajaknya bicara. Ah, tentu saja! Mereka kan biasa pulang bersama.

Ayo, Myung! Buat dia kesal!

Myungsoo menarik sebelah sudut bibirnya.

“Kau ini aneh. Aku sedang berbicara dengan Ji Yeon! Kau mau latihan kan? Latihan saja… Aku tidak akan mengganggumu.”

Suzy teperangah menatap Myungsoo. Raut wajahnya tidak terlihat marah, juga tidak telihat senang. Lebih seperti shock. Mungkin, dia kaget karena tiba-tiba Myungsoo mengajak Jiyeon? Lalu, apa dia kesal? Ayolaaah… Tunjukkan wajah kesal!

Belum puas dengan reaksi yang ditunjukkan Suzy, Myungsoo menambah kadar nekatnya. Seumpama penghangat ruangan, ia menambah suhu agar si penghuni rumah merasa lebih panas.

“Jiyeon-ah! Kajja!” Myungsoo menarik tangan Jiyeon keluar kelas. Beberapa murid yang masih berada di dalam kelas bersorak heboh karenanya.

Myungsoo tak menghiraukan keramaian yang ia timbulkan. Ia hanya peduli pada reaksi Suzy. Sambil berlalu, sesekali ia menengok ke belakang, menatap Suzy. Dan, gadis itu hanya sedang menunduk. Entah sedang memikirkan apa. Lalu sekarang apa? Bagaimana dengan hasil penelitiannya? Jika wajah Suzy hanya datar-datar saja, apa artinya? Ah, ia harus kembali konsultasi dengan Sunggyu.

*

“Myung, kau tidak mendengar ceritaku ya?” Jiyeon melongok wajah Myungsoo yang berjalan di sampingnya.

“… Myung?” Kali ini, Jiyeon menarik-narik bagian siku blazer Myungsoo.

Baru tersadar dari lamunan, Myungsoo menoleh kaku ke arah Jiyeon.

“A-aah! Jinjja? Hahaha… Itu lucu sekali Jiyeon-ah!” Myungsoo tertawa sumbang. Hanya melihat saja, Jiyeon bisa langsung tahu bahwa Myungsoo memikirkan sesuatu. Bagaimana tidak? Tidak ada sedikitpun hal lucu yang diceritakan Jiyeon barusan. Tetapi, Myungsoo tertawa sebegitu kerasnya.

“A-aku…” tanpa sengaja, pandangan Myungsoo melintasi sebuah toko cokelat di antara pertokoan pinggir jalan. Tiba-tiba, ia teringat Suzy. Rasanya tidak adil jika ia tidak memberikan cokelat pada rekan perangnya itu.

“Ah! Ponselku ketinggalan di kelas! Maaf, aku tidak bisa mengantarmu sampai rumah, Jiyeon-ah! Sudah ya!” Myungsoo berlari ke arah berlawanan dan menghilang di tikungan. Namun, ia tak benar-benar menghilang. Melainkan bersembunyi di balik dinding, menunggu hingga Jiyeon pergi sehingga ia bisa melesat ke dalam toko cokelat. Sambil sembunyi, Myungsoo mengulum senyum. Benaknya sibuk membayangkan wajah Suzy yang memerah dengan pipi menggembung kesal saat menerima cokelat, sama seperti saat pertama kali Myungsoo memberinya.

Gadis itu memang sering marah-marah, apalagi pada Myungsoo. Tapi, bagi Myungsoo suara omelan Suzy bahkan bisa lebih merdu dari nyanyian Taeyeon SNSD. Dan, sudah berapa lama ia tidak menempel dan meletuskan perang pada Suzy? Satu hari? Dua hari? Yang jelas, semuanya terjadi sejak kemunculan Kim Jongin di gedung olahraga. Mengingat namja itu, Myungsoo mendecak kesal. Ia jadi menyesal telah mengungkitnya.

*

Myungsoo mengintip melalui celah pintu gedung olahraga yang sedikit terbuka. Sekotak cokelat berpita telah siap dalam genggamannya. Matanya memindai ke seluruh penjuru ruangan.

Myungsoo meneguk ludah. Debar jantungnya seakan terhenti saat menemukan Suzy sedang duduk berdampingan dengan Jongin. Mereka saling berbisik dengan wajah sedemikian dekat, sambil sesekali menonton pertandingan yang berlangsung.

Myungsoo yang kesal, sekaligus penasaran mendekatkan wajahnya ke pintu. Tanpa sadar, sebelah tangannya meremas kuat kotak cokelat yang ia genggam. Samar, ia bisa mendengar pembicaraan mereka.

“Sudah sore. Bagaimana kalau kuantar pulang saja? Ah, apa kau bersama teman laki-lakimu itu?”

Myungsoo memperkuat pendengarannya. Ia bisa melihat Suzy sedang mengernyit heran.

“Ng…Myung…soo?”

“Ah, nde!”

Suzy menunduk dan menggeleng pelan. Ia mulai memain-mainkan kaki seakan menendang udara di depannya.

“Anieyo… Dia sudah pulang bersama orang lain.”

Jongin mengangguk. Dalam hati, Myungsoo berharap Suzy menolak ajakan itu. Atau berharap Suzy mau menunggu Myungsoo menjemputnya. Yah meski kemungkinannya kecil karena tadi jelas-jelas ia pulang dengan Jiyeon. Tapi paling tidak Myungsoo berharap Suzy berkata bahwa ia lebih senang pulang bersama Myungsoo, sisanya lebih baik ia pulang sendiri. Tidak dengan namja itu.

“Seonbae, kenapa tidak dari dulu saja mengantarku pulang?” cibir Suzy dengan bibir mengerucut. Ucapan itu terasa seperti cambuk yang langsung memecut hati Myungsoo hingga nyaris terbelah. Ternyata Suzy merasa lebih baik jika selama ini Jongin yang mengantarnya pulang.

“Ya, jangan panggil aku seonbae lagi! Aku sudah bukan murid di sekolah ini. Panggil aku oppa.”

“Oppa?” Suzy tegelak ringan. Entah bagaimana gadis itu bisa mengucapkan ‘Oppa’ dengan cara yang membuat Myungsoo iri setengah mati.

Myungsoo mendengus. Ia berbalik menjauh dengan emosi menggemuruh di dadanya. Langkahnya diayun cepat penuh amarah. Tapi kemudian, ia berhenti. Menatap tangannya yang gemetar dan memegang sekotak cokelat berpita.

Myungsoo mendengus kesal. Ia benar-benar merasa menjadi orang bodoh, memikirkan seseorang yang tak pernah memikirkannya. Dalam bayangannya, Suzy merasa kecewa karena tak mendapat cokelat. Tapi, sepertinya ia harus menelan bulat-bulat kemungkinan itu. Dilihat dari ekspresi wajah Suzy yang sedemikian bahagia, bagian mana yang menyatakan Suzy merasa kecewa? Satu hal lagi yang membuat Myungsoo merasa terpuruk. Perlakuan Suzy pada Myungsoo dan namja itu jelas jauh berbeda.

Myungsoo kini sadar. Sedekat apapun hubungannya dengan Suzy, ia tak pernah mendapat tempat di hati gadis itu. Sedekat bahkan sekeras apapun usahanya. Ia merasa sudah saatnya untuk menyingkir. Di mata Myungsoo, Suzy telah jauh bahagia dengan kehadiran namja itu. Jadi, apa lagi yang Suzy butuhkan? Sepertinya namja itu lebih sanggup memberi Suzy sesuatu yang lebih bernilai dari satu kotak cokelat yang tak diinginkan.

Sambil bergeram kesal, dilemparnya cokelat itu ke arah tong sampah kasar-kasar. Myungsoo bahkan tak peduli meski benda itu terpental jauh ke sudut jalan. Ia hanya ingin cepat pergi dari tempat itu. Lalu menjadi tak sadarkan diri. Lalu melupakan apa yang baru ia saksikan. Lalu terbangun, dan hanya mengingat seakan tak pernah terjadi apapun. Tapi tentu saja praktek tak pernah semudah penguraian teori.

*

Malam harinya, Myungsoo benar-benar tidak bisa tidur. Ia sendiri bahkan tidak menyangka urusan hati bisa sebegitu menyusahkan hidupnya. Berbagai posisi tidur sudah ia coba, tetap saja tidak ada yang membuatnya nyaman hingga terlelap. Padahal di sekolah, ia bisa tidur dengan mudah meski hanya beralaskan meja.

Myungsoo semakin gelisah setelah memikirkan kemungkinan Suzy menyukai namja bernama Jongin itu. Ia bangkit duduk di kasur sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal, lantas menyambar ponselnya. Ia tidak bisa bertahan dengan hanya bersabar menanti hari esok dan bertanya pada Sunggyu mengenai hasil penelitiannya. Rasa penasaran telah mengalahkan akal sehatnya. Ia sangat ingin tahu bagaimana perasaan Suzy pada Jongin.

"Adakah namja yang kau sukai?"

Terkirim. Myungsoo menanti dering ponselnya dengan jantung berdegup heboh. Ia terlalu gelisah hingga berjalan memutari kamarnya. Segala kemungkinan jawaban Suzy berkecamuk liar di kepalanya. Bagaimana jika Suzy menjawab bahwa ia menyukai Myungsoo? Atau bagaimana jika jawabannya malah Jongin? Ah, Myungsoo hampir gila. Saat tiba-tiba ponselnya bergetar, Myungsoo bergegas menyambar benda itu.

"Ada. Kau."

Jantung Myungsoo seakan lepas dari rongga dada saking bahagianya. Namun senyum yang hampir terkembang, pupus kembali ketika ia menyadari nama pengirim pesan tersebut.

From : Jiyeon

“A-apa??”

Myungsoo menelusuri kotak keluar ponselnya dengan jari gemetar. Matanya mendelik seketika. Ternyata, ia mengirim pesan tersebut pada Jiyeon. Bukan Suzy.

…To be continue…

Gimana? Kependekan ya part 1 nya? >.< *dikeroyok
Adakah yang masih sebel sama Myungsoo? 😀
Atau sekarang malah jadi sebel sama Sunggyu-Jiyeon? Hehe
Review juseyo~~ ^^

38 thoughts on “[FF G] Loving Alone (1 of 2)

  1. Ya Tuhan rupanya mereka berdua salah paham ish ish ish. Myungsoo nggak kalah ngenesnya dari suji. Terus sunggyu-eunjung nyebelin banget. Secara nggak langsung mereka terlibat dlm kesalah pahaman ini. Update soon ya author-nim

  2. hemeh, gini toh ceritanya, si myung salkim ke jiyeon. boleh boleh xD ~ ah, author baiiik bgt udah bikinin ver.myungsoo. penasaran sm part 2 nya kkk~
    kalo boleh request nih, ntar bikin ff yg castnya vixx eaps ‘3’)v haha xD kalo gamau sih ya gapapa ‘-‘)/ haha 😀
    udadeh gt aja, kebanyakan ngoceh. semangat buat karya selanjutnya ^-^)9

    1. iyaaaaa…. aku kan baik hati, tidak sombong dan rajin menabungg… :3 *dielus myungsoo #plaak!

      hwaaaa…. aku belom kenalan ama vixx! XD

      kenalnya ukiss! hehe (?) *gananya

      okedeh… makasih yah… ^^

  3. bagaimana ini, ini salah paham… aduhh myung knapa bisa bgini.. next ya thor bacanya hehe

  4. hy… author~nim .aku member baru. aku terkesan bgt ma ff kmu yg cast nya myungzy. plisszz ksh aku pw [FF G] Loving Alone (2 Of 2) dong…plisszzz
    dewipurnama286.com
    aku benar” berharap author berbaik hati ngasih aku pw nya.
    utk seterusnya aku bakalan sering singgah ksini utk baca n komen. makasih…
    athour~nim jgn lupa kirimin… nde!!!

  5. Aaaa bagus banget😘 hai Author aku reader baru😊 aku minta PW nya dong buat baca yang part 2😆😊

Song Review